Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Jenis Sumber Bahan Pustaka, Cara Mengkaji, dan Mengumpulkan Hasil Kajian

Uraian mengenai cara-cara mengkaji bahan pustaka ini bukan hanya berguna untuk (calon) peneliti yang akan menyusun proposal penelitian, tetapi juga untuk peneliti yang akan dan sedang menyusun laporan hasil penelitiannya. Oleh karena itu bentuk uraiannya bersifat umum, diperuntukkan bagi peneliti pada umumnya, bukan hanya calon peneliti pada umumnya, bukan hanya calon peneliti. Walaupun nampaknya sama bagi penyusun proposal maupun penyusun laporan hasil penelitian, namun perlu kiranya dikemukakan adanya sedikit perbedaan antara keduanya. 

Penyusun proposal penelitian menelaah sumber dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang sifatnya umum dan sedapat mungkin menyeluruh (insight) karena baru akan memilih problema yang akan digarap. Penyusun laporan peneliti di dalam menelaah bahan pustaka sudah digiring perhatiannya oleh permasalahn yang sedang ia tekuni, yaitu terpecahnya problematika penelitian yang sudah dirumuskan serta sudah dicarikan data.

Jenis Sumber Bahan Pustaka, Cara Mengkaji, dan Mengumpulkan Hasil Kajian - Agar uraian tentang cara mengkaji bahan pustaka itu dapat diurut dan mudah dipahami, terlebih dahulu dikemukakan berbagai jenis sumber bahan pustaka, cara-cara mengkaji dan mengumpulkan hasil kajian, disusul dengan cara menuangkanya dalam tulisan.

Jenis Sumber Bahan Pustaka, Cara Mengkaji, dan Mengumpulkan Hasil Kajian
image source: pexels.com

1. Jenis Sumber bahan Pustaka

Untuk memperoleh informasi mengenai teori dan hasil penelitian, (calon) peneliti dapat mengkaji berbagai sumber yang dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis menurut bentuk dan isi.

a. Klasifikasi menurut bentuk

Dibedakan atas sumber tertulis (printed materials yang biasanya disebut: dokumen) dan sumber bukan tertuliskan (non printed materials).

Sumber tertulis: antara lain buku harian, surat kabar, majalah, buku notulen rapat, buku inventaris, ijazah, buku-buku pengetahuan, surat-surat keputusan, dan lain-lainnya yang secara umum dapat dibedakan atas bahan-bahan yang ditulis tangan dan yang dicetak atau diterbitkan oleh penerbit, baik dipublikasikan secara umum maupun tidak. Jadi arti “printed” bukan hanya yang berwujud bahan cetakan seperti yang diartikan oleh kebanyakan orang atau hasil yang dicetak. Oleh penerbit melainkan semua barang yang berujud tulisan.

Sumber bahan yang tidak tertulis: adalah segala bentuk sumber bukan tulisan antara lain rekaman suara, benda-benda hasil peninggalan purbakala (relief, manuskrip prasasti dan sebagainya) film, slide, dan lain-lainnya.

b. Klasifikasi menurut isi

Dibedakan atas sumber primer dan sumber sekunder.

Sumber primer : adalah sumber bahan atau dokumen yang dikemukakan atau digambarkan sendiri oleh orang atau pihak yang hadir pada waktu kejadian yang digambarkan tersebut berlangsung, sehingga mereka dapat dijadikan saksi. Termasuk sumber primer misalnya : buku harian, notulen rapat, manuskrip, memorandum akhir jabatan, dan sebagainya yang berasal “dari tangan pertama”. Dalam penelitian histories, kedudukan sumber primer sangat utama karena dari sumber primer inilah keaslian dan kemurnian isi sumber primer inilah keaslian dan kemurnian isi sumber bahan lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan sumber sekunder.

Sumber sekunder : adalah sumber bahan kajian yang digambarkan oleh bukan orang yang ikut mengalami atau yang hadir pada waktu kejadian berlangsung.

Termasuk dalam klasifikasi sumber sekunder antara lain :

Bahan publikasi yang ditulis oleh orang atau pihak yang tidak terlibat langsung dalam kejadian yang diceritakan. Buku-buku teks (buku ajar) merupakan contoh paling tepat untuk sumber sekunder ini.

Jika penulis buku menyampaikan kumpulan teori dan hukum yang sudah dituliskan dalam buku-buku terdahulu, ditambah dengan kumpulan informasi mengenai hasil penelitian yang dikumpulkan dari buku-buku laporan penelitian dan jurnal-jurnal, maka jelas sekali bahwa buku ajaran ini merupakan sumber sekunder. Namun apabila di dalam tulisan tersebut penulis menyelipkan sedikit atau sebagian besar mengenai hasil-hasil penelitian yang ia lakukan sendiri, maka porsi atau bagian yang menceritakan pengalaman dan hasil penelitiannya itu tetap disebut sebagai sumber primer. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa jika dari laporan penelitian ini kemudian penulis menambahkan suatu ulasan atau interprestasi terhadap hasil penelitian tersebut disertai dengan bandingan-bandingan hasil dari penelitian lain, maka bagian ulasan dan interprestasi ini merupakan sumber sekunder.

Meskipun menurut kualitas keasliannya sumber sekunder ini kalah dengan sumber primer akan tetapi kedudukannya sangat penting karena merangkum banyak materi sumber primer dalam sebuah publikasi. Dengan demikian penelitian tidak perlu harus mengkaji banyak sekali sumber primernya. Kelebihan lain adalah bahwa di dalam publikasi ini penulis sudah meramu sedemikian rupa sehingga menjadi bahan kajian yang intens tentang sesuatu masalah, yang mungkin oleh peneliti tidak dapat menghasilkan kesimpulan yang sedemikian bagus.

Selain kenal dengan kelebihan yang telah disebutkan, peneliti juga harus mengenal kelemahan sumber sekunder disebabkan karena adanya kebebasan penulis untuk memberikan ulasan atau interpretasi terhadap komplikasi materi sumber primer, tidak mustahil jika penulis telah memasukkan pendapat, ide atau pikiran sendiri. Dalam hal yang demikian ini posisi sumber sekunder terasa sangat sulit diterka sejauh mana bisa diukur keasliannya. Oleh karena itu kepada para peneliti tetap disarankan untuk mengambil lebih banyak sumber primer dibandingkan dengan sumber yang sekunder.

2. Cara Mengkaji dan Mengumpulkan Hasil Kajian

Dari pengalaman membimbing mahasiswa diketahui bahwa cara-cara yang diambil dan langkah yang dilalui oleh mereka yang menyusun skripsi dalam mengkaji dan menghimpun hasil kajian pustaka pada umumnya belum efektif. Tidak jarang dijumpai bahwa di antara para mahasiswa tersebut masih masih saja terus menerus dalam “taraf baca-baca” untuk jangka waktu yang cukup lama. Pada waktu mereka mengetahui bahwa IP yang diperoleh mencukupi dan memenuhi syarat untuk mengambil jalur skripsi tidak jarang menjadi bingung menentukan pilihan apakah mau mengambil jalur skripsi atau non skripsi. Jalur skirpsi biasanya harus bersedia bersabar. 

Menyusun skripsi memang memakan waktu yang cukup lama. Jika mereka harus mengambil jalur non skripsi, penghargaan masyarakat terhadap kelompok lulusan ini akan “kurang”. Menyusun skripsi memang “sulit” bagi mereka yang belum paham akan cara-cara melakukan penelitian. Akan tetapi bagi mereka yang memahami bagaimana langkah demi langkah harus dilalui, sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan orang.

Melakukan pengkajian terhadap bahan pustaka, merupakan suatu kegiatan yang mengasyikkan. Dengan membaca teori-teori para ahli, membaca laporan hasil-hasil penelitian kita dapat “tenggelam” dalam alam pikiran penulis atau peneliti. Jika hal ini kita lakukan terus-menerus (walaupun hanya dalam waktu yang singkat tetapi sering) biasanya kita akan tertarik akan sesuatu yang masih menjadi “ganjalan” dalam hati kita. Nah, jika dalam diri kita telah menemukan problem yang patut dijadikan topik permasalahan dalam penelitian. 

Kadang-kadang di dalam membaca bahan pustaka kita menemukan banyak sekali hal-hal yang menarik. Rasanya kita akan ingat terus akan hal yang menarik tersebut karena kita sangat terkesan olehnya. Akan tetapi tidak lama kemudian kita dapat lupa karena pikiran kita sudah terisi oleh segala macam hal baru. Problem-problem yang semula nampak menarik dapat saja menjadi sesuatu yang hanya “biasa”. Kita telah kehilangan permasalahan! Begini inilah sebetulnya peristiwa yang dialami oleh mahasiswa yang sedang berada dalam tahap “mencari judul”, yang biasa dinilai sebagai “mahasiswa pencari judul” yang tidak pernah selesai.

Agar mahasiswa dapat menghindari status sebagai mahasiswa pencari judul seperti dicontohkan, mereka harus tahu bagaimana strategi yang harus diambilnya. 

Nasehat yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Hendaknya mahasiswa menyiapkan sejumlah kartu-kartu yang dibuat dari kertas manila warna-warni yang berukuran kurang lebih 10 x 15 sentimeter. Kartu-kartu tersebut disediakan untuk menuliskan hasil kajian, dan biasa disebut dengan “kartu bibliografi” atau “kartu kutipan”

(Bagi ilmuwan dan peminat penelitian, meskipun tidak sedang meneliti sebaiknya juga selalu siap dengan kartu-kartu kajian pustaka ini untuk persediaan barangkali pada suatu waktu jika dari membaca-baca menemukan sesuatu yang baik dan akan dicatat sebagai perbendaharaan pengetahuam dan siapa tahu bahwa lain kali akan sangat berguna untuk penelitian, pembuatan makalah dan sebagainya).

2. Mengelompokkan kartu-kartu berwarna tersebut menurut jenis warna yang ada. Pengelompokkan kartu atas warna ini dimaksudkan untuk mempermudah penelitian dalam menentukan kartu mana yang akan digunakan untuk mencatat hasil kajiannya menurut pokok masalah atau variabel. Barangkali saja satu macam warna akan digunakan untuk menuliskan dua atau tiga variabel apabila memang banyaknya warna kartu tidak mencukupi bagi variabel atau pokok masalah yang ada.

Dua langkah pertama ini sebenarnya masih berada dalam tahapan persiapan pengkajian pustaka. Pekerjaan yang pokok dan penting belum mulai dilakukan.

a. Mengadakan identifikasi terhadap variabel, sub variabel atau pokok masalah yang terkandung di dalam judul penelitian.

Borg dan Gall berpendapat bahwa pada langkah ini peneliti bukan mengidentifikasi variabel, sub variabel atau pokok masalah yang terkandung di dalam judul penelitiannya (Borg dan Gall, 1979 ; 103). Penulis berpendapat bahwa barangkali yang dimaksud oleh Borg dan Gall dengan “kata-kata kunci” sebenarnya sama dengan apa yang disebut di atas dengan “variabel atau sub variabel”.

Apalah arti sebutan, yang penting adalah bahwa peneliti memahami apa yang harus dijadikan dasar berpijak pokok permasalah yang sedang diteliti.

3. Mengumpulkan sumber bahan kajian yang kira-kira mengandung uraian mengenai variabel, sub variabel ataupun pokok-pokok masalah yang akan dicarikan bahan pendukung. Dalam contoh ini tentu sebelumnya peneliti sudah melakukan “kajian pendahuluan”, misalnya dalam bentuk baca-baca sambil lalu, yang biasanya sudah memberikan tanda-tanda tertentu pada bagian-bagian yang akan dikutip.

a. Jika saatnya tiba, peneliti menuliskan hasil kajian (yang berupa kutipan) di dalam kartu yang telah disediakan. Peneliti menyiapkan waktu secara khusus untuk melakukan penulisan dalam kartu-kartu sesuai dengan klasifikasi warna kartunya.

Sekian artikel tentang Jenis Sumber Bahan Pustaka, Cara Mengkaji, dan Mengumpulkan Hasil Kajian. Semoga artikel ini bermanfaat.

Daftar Pustaka:
1. Griffin, Em. 1991. A First Look at Communication Theory. New York: McGraw-Hill
2. Sendjaja, Sasa Djuarsa, 1993. Teori Komunikasi, Jakarta: Univ. Terbuka
3. Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar
4. Littlejohn, Stephen, 1996, Theories of Human Communication. Wadsworth Publishing Company Inc Belmont

Posting Komentar untuk "Jenis Sumber Bahan Pustaka, Cara Mengkaji, dan Mengumpulkan Hasil Kajian"