Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pengertian Sosiologi dan Ruang Lingkup Sosiologi Menurut Para Ahli

Apa itu Sosiologi? Sosiologi berasal dari dua kata yaitu socious dan Logos, socious berarti berteman dan logos berarti ilmu. Jadi dapat ditegaskan bahwa sosiologi adalah ilmu tentang kehidupan bersama dalam arti luas. Banyak ahli yang mendefinisikan tentang sosiologi sebagai ilmu, P.J Bouman misalnya, memberikan definisi sosiologi Adalah ilmu tentang kehidupan manusia dalam kelompok, Franklin Henry Giddingsmenyatakan bahwa sosiologi merupakan Ilmu yang menguraikan tentang gejala social dan Pitirim Sorikin mendefinisikan sebagaiIlmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial, hubungan timbal balik antara gejala sosial dengan non sosial serta ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial.

Sebab munculnya Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu berkembang semenjak pertengahan abad ke-19 terutama di Eropa Barat. Perubahan sosial dalam jangka panjang yang berdampak kekacauan telah menjadi ancaman terhadap tatanan sosial yang mengguncang mayarakat Eropa Barat. Tatanan sosial yang mapan telah mengalami perubahan, sehingga membangunkan para pemikir sosial untuk melihat dan belajar memahami tentang perubahan yang tengah terjadi di masyarakat. Hal ini terjadi hampir bersamaan di Eropa Barat terutama Inggris, Jerman dan Perancis.

Pada akhir abad ke-18 dan pertengahan abad ke-19 kehidupan masyarakat Eropa Barat sedang mengalami berbagai krisis, baik krisis sosial, krisis politik, krisis ekonomi dan krisis lainnya disebabkan oleh ;
  1. Kekacauan akibat timbulnya revolusi industri
  2. Kekacauan akibat meletusnya revolusi Perancis
  3. Munculnya realitas kekuasaan baru di tangan orang beradab dan berilmu


Perintis Ilmu Sosiologi

Sebagai sebuah ilmu, sosiologi tentu memiliki akar pemikiran yang terkait dengan filsafat. Sebuah ilmu dapat dipisahkan dari filsafat ketika ilmu tersebut telah memiliki gagasan pemikiran sendiri berupa metodologi, pendekatan empiris dan obyek studi yang jelas. Mereka yang pada awalnya memikirkan dan merumuskan hal ini biasanya disebut sebagai bapak ilmu tersebut atau dalam bahasa lainnya disebut sebagai perintis. Dalam sejarah lahirnya sosiologi, terdapat bebrapa tokoh yang terlibat dalam perdebatan konseptual perumusan paradigma sosiologi. Dalam modul ini kita hanya menyebutkan lima orang tokoh yang terkenal dan kontribusinya terhadap perkembangan ilmu sosiologi.
  1. Auguste Comte ( 1797-1857).
Auguste Comte adalah seorang ahli filsafat Perancis, namun ia sering disebutkan sebagai Bapak ilmu sosiologi. Pendapat ini wajar diberikan karena comte karena adalah orang pertama yang menyebutkan perlu sebuah ilmu baru yang sebut dengan sosiologi. Ia yang pertama kali menyebutkan istilah sosiologi.yang berasal dari kata socios dan logos. Walaupun pada awalnya comte menyebut fisika sosial (social fhysics), tetapi kemudian ia lebih memilih menggunakan istilah sosiologi (Sociology).
  1. Karl Marx (1818-1883)
Marx berasal dari keluarga rohaniawan Yahudi. Ayahnya seorang pendeta Yahudi (rabbi), namun kemudian ayahnya beralih menjadi penganut ajaran Protestant Martin Luther, ia melakukannya karena alasan bisnis. Marx adalah doktor filsafat yang banyak dipengaruhi oleh pemikiran Hegel. Pada perjalananannya, Marxlebih di kenal sebagai seorang ideolog, dimana pemikirannya banyak menginspirasi perkembangan paham sosialisme dan komunisme.
  1. Emile Durkheim (1858-1917)
Durkheim  berasal dari Perancis, ia keturunan pendeta Yahudi. Ketika anak-anak ia belajar untuk menjadi ‘Rabbi’ (pendeta yahudi), tetapi sejak usia 10 tahun ia menolaknya. Ia orang yang kecewa dengan pendidikan agama dan kemudian beralih mendalami logika ilmiah dan prinsip moral yang diperlukan untuk kehidupan sosial. Salah satu karyanya yang terkenal adalah ‘The Division of Labour in Society’merupakanupaya Durkheim untuk mengkaji suatu gejala yang sedang melanda masyarakat: Pembagian kerja.
  1. Max Weber (1864-1920)
Weber adalah Seorang ilmuan asal Jerman. Ia dosen ilmu hukum dari Universitas Berlin. Diantara bukunya yang terkenal adalah The Protestant Ethic and the Spririt of Capitalism. Ia menjelaskan hubungan etika protestan dengan semangat kapitalisme. Dalam bukunya ini weber mengemukakan tesisnya yang terkenal mengenai keterkaitan antara etika protestan dengan munculnya kapitalisme di Eropa Barat. Ibnu Khaldun (1332 M)
  1. Ibnu Khaldun
Sebelum ilmuan sosial memperdebatkan tentang ilmu sosiologi pada pertengahan abad ke-19, lima abad sebelumnnya Ibnu Khaldun sudah mulai mengkaji dan meneliti tentang sosiologi. Namun Ia tidak pernah menyebut istilah sosiologi. Dalam pandangan Ibnu Khaldun kajian tentang masyarakat masih menyatu dengan kajian filsafat. Oleh karena itu Ibnu Khaldun lebih disebut sebagai ahli filsafat. Akan tetapi Ibnu Khaldun telah membahas tentang pembahasan sosiologi dalam buku-bukunya.
Pengertian Sosiologi dan Ruang Lingkup Sosiologi Menurut Para Ahli_
image source: hizb-australia.org

Paradigma Ilmu Sosial

Paradigma adalah gambaran fundamental mengenai subyek ilmu pengetahuan. Ia memberikan batasan mengenai apa yang harus dikaji, pertanyaan yang harus di ajukan, bagaimana harus dijawab dan aturan-aturan yang harus diikuti dalam memahami jawaban yang diperoleh, ia memilah masyarakat ilmu pengetahuan yang satu dengan masyarakat ilmu pengetahuan yang lain (George Ritzer).

MenurutGeorge Ritzer, ada Tiga paradigma ilmu sosial yang mendominasi Sosiologi. Tiga paradiogma itu adalah fakta sosial, paradigma definisi sosialdan paradigma konflik. (george Ritzer)

Kaitan sosiologi dengan ilmu lainnya.

Sosiologi masuk dalam rumpun ilmu Sosial (social science), karena ia mempelajari fenomena-fenomena sosial dari kehidupan manusia yang berwujud hubungan antar manusia dalam golongan. Adapun ilmu-ilmu yang tergolong dalam ilmu sosial adalah politik, ekonomi, psikologi, hukum, antropologi, sejarah, sosiologi dan lain-lain. Dalam membedakan sosiologi sebagai suatu ilmu dengan ilmu-ilmu sosial lain dapat dijelas dengan melihat obyek dan fokus kajian ilmu tersebut.

Kaitan Sosiologi dengan Psikologi

Antara psikologi dan sosiolog obyek kajiannya sama-sama manusia, tetapi ilmu sosiologi perhatian diutamakan bentuk hidup bermasyarakat, struktur dan fungsi dari kelompok terkecil hingga yang terbesar, interaksi antara orang perorang, orang dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dan perilaku sosial. Psikologi lebih mementingkan perilaku manusia sebagai manifestasi hidup kejiwaan, yang didorong oleh motif tertentu, hingga manusia itu berprilaku atau berbuat. Oleh karena itu kajian sosiologi lebih pada aspek kejiwaan manusia.

Manfaat belajar Sosiologi dalam pembahasan Psikologi

Pembahasan sosiologi dalam pendalaman suatu ilmu, akan membuat kajian terhadap ilmu tersebut akan semakin kaya perspektifnya. Nah, begitu juga dengan ilmu psikologi, salah satu manfaatnya mempelajari sosiologi dalam rangka pembahasan dalam ilmu psikologi adalah untuk menambah khazanah dan perspektif serta pemahaman yang lebih luas terhadap komplesitas studi tentang manusia.

Teori-teori Dasar Sosiologi


Tiga Teori sosiologi

Ada tiga teori sosiologi yang sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu sosiologi. Teori ini membentuk paradigma dalam melihat masyarakat sebagai obyek studi sosiologi. Banyak teori-teori yang berkembang belakangan sangat berkaitan dengan tiga teori ini. Studi-studi yang dilakukan oleh ilmua sosiologi belakangan banyak dipengaruhi oleh tiga teori ini.Teori itu adalah Teori dengan paradigma Struktural Fungsional, teori dengan paradigma konflik dan teori dengan paradigma Interaksionisme Simbolik.
  1. Paradigma Struktural Fungsional
Teori Struktural fungsional muncul dan berkembang karena dipengaruhi oleh semangat renaisance. Ia di warnai oleh munculnya revolusi pengetahuan terutama filsafat positivisme yang melahirkan ilmu alam seperti fisika, biologi dan kimia, sehingga argumentasi teori ini relatif mengambil inspirasi dari teori organis-sistemik. Pandangan ini muncul berkat pengandaian  bagian-bagian tubuh manusia dalam suatu susunan organisme.

Dalam sejarahnya, Teori struktural fungsional ini sangat berpengaruh dalan perkembangan sosiologi terutama tahun 1960-an. Begitu berpengaruhnya, setidak-tidaknya selama dua dekade setelah perang dunia kedua studi sosiologi sangat di dominasi oleh teori ini, sehingga perspektif ini sangat identik dengan sosiologi itu sendiri (Zainuddin Maliki, 2003). Ketika orang berbicara sosiologi, maka asumsi orang mereka bicara tentang teori strukural fungsional ini.
  1. Paradigma Konflik
Dalam sosiologi, kita mengenal adanya teori konflik yang berupaya memahami konflik dari sudut pandang ilmu sosial. Teori konflik adalah sebuah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Teori konflik lahir sebagai sebuah antitesis dari teori struktural fungsional yang memandang pentingnya keteraturan dalam masyarakat.

Teori konflik yang terkenal adalah teori yang disampaikan oleh Karl Marx, bagi Marx konflik adalah sesuatu yang perlu karena merupakan sebab terciptanya perubahan. Teori konflik Mark yang terkenal adalah teori konflik kelas dimana dalam masyarakat terdapat dua kelas yaitu kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin (proletar). Kaum borjuis selalu mengeksploitasi kaum proleter dalam proses produksi. Eksploitasi yang dilakukan kaum borjuis terhadap kaum proletar secara terus menerus pada akhirnya akan membangkitkan kesadaran kaum proletar untuk bangkit melawan sehingga terjadilah perubahan sosial besar, yaitu revolusi sosial.Menurut Pendekatan konflik, masyarakat selalu dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus diantara unsur-unsurnya. Keteraturan yang terdapat dalam masyarakat hanyalah disebabkan karena adanya tekanan atau paksaan kekuasaan golongan berkuasa.
  1. Paradigma interaksionisme Simbolik .
Salah satu tokoh utama di balik perkembangan teori interaksionisme simbolik adalah George Herbert Mead. Dia sebenarnya adalah ahli filsafat di Universitas Chicago, tetapi banyak menjelaskan tentang teori interaksionisme simbolik kepada mahasiswanya. Mead mengajar secara tertulis, sehingga catatan-catatan mahasiswanya dikumpulkan sehingga menjadi sebuah buku, Mind, self and society; from the standingpoint of social behaviorist (1934)

Inti pandangan pendekatan ini adalah individu. Para ahli di belakang perspektif ini mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka melihat bahwa individu adalah obyek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.Menurut para ahli, terdapat tiga premis utama dalam teori interaksionisme simbolik, yaitu:
  1. Manusia bertindak berdasarkan makna-makna
  2. Makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain
  3. Makna tersebut berkembang dan disempurnakan saat  interaksi tersebut berlangsung.

Bidang-bidang dan Metode Riset Sosiologi

Obyek Studi Sosiologi


Studi sosiologi yang mengkaji secara umum disebut sosiologi umum dan sosiologi yang membahas secara sektoral disebut sosiologi khusus.

Sosiologi umum mempelajari dan meneliti keseluruhan tentang gejala, fakta sosial, tindakan dan interaksi sosial maupun perilaku sosial dalam masyarakat secara umum dengan pendekatan-pendekatan sosiologik. Sedang sosiologi khusus yaitu mempelajarigejala, fakta sosial, tindakan dan interaksi sosial maupun perilaku sosial yang bersifat sektoral, seperti masalah ekonomi (sosiologi ekonomi), politik (sosiologi politik), hukum (sosiologi hukum), pendidikan(sosiologi pendidikan), kebudayaan (sosiologi kebudayaan), kesenian (sosiologi kesenian), pertanian (sosiologi pertanian), agama (sosiologi agama), pengetahuan (sosiologi pengetahuan) dan lain-lain melalui pendekatan sosiologik.

Paradigma dan Metode Sosiologi

Studi tentang sosiologi dapat dilakukan dengan metode yang sesuai dengan pendekatan paradigma sosiologi. Menurut George Ritzer dalam buku ‘Sociology; A multiple paradigm science’, menyebutkan ada tiga Paradigma dalam ilmu sosiologi, yaitu Fakta Sosial, Definisi Sosial, Perilaku Sosial. 

1. Fakta Sosial.

Fakta sosial merupakan barang sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide. Barang sesuatu menjadi obyek penelitian dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak bisa dipahami melaui obyek mental murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil di luar pemikiran manusia. Menurut Durkheim fakta sosial tidak dapat dipelajari melalui introspeksi. Fakta sosial harus diteliti di dalam dunia nyata sebagaimana orang mencari sesuatu yang lain (Ritzer,1992). Fakta sosial terdiri atas dua macam, dalam bentuk material dan non material. Dalam bentuk material yaitu barang sesuatu yang dapat di simak, ditangkap dan di observasi. 

2. Definisi Sosial

Paradigma definisi sosial mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial dan hubungan antar tindakan sosial. Menurut Weber, dua persoalan itu merupakan pokok persoalan psikologi. Yang dimaksud dengan tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna dan arti subyektif bagi dirinya yang diarahkan bagi orang lain. 

3. Perilaku Sosial

Menurut paradigma ini obyek studi sosiologi harus kongkrit-realistis, dan itu adalah perilaku sosial yaitu perilaku manusia yang tampak serta kemungkinan berulang. Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatian kepada antar hubungan individu dan lingkungannya. Lingkungan disini ada dua, yaitu bermacam-macam obyek sosial dan bermacam-macam obyek non sosial.

Lebih ringkas dapat dilihat dalam tabel berikut;

Paradigma

Teori

Metode

Fakta Sosial

Struktural Fungsional, konflik

interview-kuesioner dan metode perbandingan sejarah

Definisi Sosial

teori tindakan, interaksionisme simbolik, fenomenologi, etnometodologi dan eksistensialisme.

observasi, meskipun sangat memungkinkan menggunakan metode interview-kuesioner.

Perilaku sosial

sosiologi behavioral  berkaitan erat dengan psikologi behaviorisme. Dan teori pertukaran.

metode khusus paradigma ini adalah eksperimen

Metode Riset Sosiologi

Dalam melakukan riset Sosiologi, peneliti harus melalui beberapa tahap, yaitu;
  • Perumusan masalah
  • Penyusunan Desain Penelitian
  • Pengumpulan data
  • Analisis data
  • Penyusunan Laporan Penelitian

Metode-metode utama pengumpulan data
  1. Penelitian Survey, 
  2. Pengamatan (observasi), 
  3. Riwayat Hidup, 
  4. Studi kasus 
  5. Analisis konten (Content analysis), 
  6. Penggunaan data yang tersedia oleh pihak-pihak lain, 
  7. Eksperimen

Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Dalam sosiologi dikenal penelitian kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif adalah penelitian yang mengutamakan kualitas data dengan teknik  observasi dan wawancara mendalam. Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan menggunakan data-data yang dapat diukur dan biasanya melalui uji statistik.

Etika Penelitian

Menurut Sunarto, (2000) ada beberapa etika dalam penelitian yang harus menjadi perhatian seorang peneliti. Etika itu bertujuan agar penelitian tersebut dapat mengungkap yang sebenarnya dari tujuan yang ingin dicapai. Beberapa etika itu adalah;
  1. Keikutsertaan secara sukarela
  2. Tidak membawa cedera bagi subyek penelitian
  3. Asas Anonimitas(tidak dikenal)
  4. Kerahasiaan
  5. Tidakmemberikan keterangan keliru
  6. Menyajikan data penelitian secara jujur

Analisis data

Analisis data kualitatif berlangsung terus menerus semenjak peneliti memasuki lapangan dan arah penelitian dapat berubah sesuai dengan hasil analisis lapangan bersumber data catatan lapangan yang secara rinci memuat hasil wawancara dan observasi. Sedangkan Analisis data kuantitatif berdasarkan data-data yang sudah diangkakan, menggunakan pendekatan statistik sosial.

Laporan Penelitian

Setelah penelitian selesai dilakukan, maka seorang peneliti harus menyusun laporan penelitian. Laporan penelitian ini harus di tulis dan penulisannya harus sesuai dengan kaidah ilmiah. Setidaknya dalam laporan penelitian harus memuat :
  • Latar belakang 
  • Rumusan masalah 
  • Tinjauan Pustaka 
  • Metodologi penelitian 
  • Analisis data penelitian 
  • Kesimpulan

Manfaat riset Sosiologi bagi Psikologi

Kita semua menyadari bahwa tingkah laku manusia tidak dapat terlepas dari keadaan sekitar, sehingga tidaklah sempurna jika meninjau manusia berdiri sendiri dan terlepas dari masyarakat yang melatarbelakanginya. Karena itu, studi psikologi tidak akan optimal dan sempurna tanpa tinjauan sosiologi. Dengan demikian, manfaat riset sosiologi dalam psikologi adalah memperkuat dan menyempurnakan pembahasan dalam psikologi.

Proses-proses Sosial

Pengertian Proses Sosial


Proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama,antara berbagai segi kehidupan orang perorang atau kelompok secara bersama.

Studi sosiologi terhadap sisi statis masyarakat dilakukan dengan cara memahami struktur social seperti Kelompok sosial, institusi sosial, kebudayaan, stratifikasi sosial dan kekuasaan. Dalam sisi yang dinamis masyarakat dapat dilakukan melalui pemahaman terhadap proses-proses social yang terjadi dalam masyarakat.

Proses-proses sosial mendasar

Menurut Karl Mannheim dalam bukunya Systematic Sosiology, menyebutkan ada beberapa bentuk proses sosial mendasar yang sangat penting untuk dipahami yaitu, Kontak Sosial dan Jarak Sosial, Isolasi, kompetisi, kerjasama dan akomodasi.
  1. Kontak Sosial dan Jarak Sosial.
Kontak berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh. Secara harfiah artinya bersama-sama menyentuh. Secara fisik kontak baru terjadi jika terjadi relasi badaniah, tetapi sebagai gejala social tidak perlu adanya relasi badaniah, karena orang dapat burhubungan dengan orang lain tanpa menyentuh seperti berbicara atau kontak melalui teknologi komunikasi dan informasi (Soerjono Soekanto, 2013).

Kita perlu membedakan dua jenis kontak social, yaitu kontak social primer dan kontak social sekunder. Setiap kontak social secara tidak langsung menyatakan jarak social. Jarak social bisa diartikan jarak eksternal atau jarak ruang dan jarak internal atau jarak mental. Pengambilan jarak pada waktu bersamaan adalah salah satu perilaku yang penting untuk mempertahankan dan melanjutkan otoritas peradaban manusia, Misalnya demokrasi mengurangi jarak social, begitu pula dengan prestise para komandan biasanya tergantung jarak social dengan bawahannya. Karena itu, jarak sosial secara harfiah berarti mengubah sesuatu menjadi terpencil atau terpisah, memindahkan suatu obyek yang dekat kepada suatu posisi yang jauh dari titik semula.
  1. Isolasi
Isolasi adalah situasi marjinal kehidupan social, situasi ini meniadakan kontak social. Bentuk isolasi yang paling sederhana adalah diciptakan oleh rintangan alam seperti pegunungan, sungai, lautan, hutan dan padang pasir. Isolasi mengakibatkan individu maupun kelompok mengalami perlambatan perkembangan. Menurut Mannheim, ada dua jenis isolasi yaitu isolasi ruang dan isolasi organic.
  1. Kompetisi
Pengertian kompetisi adalah upaya secara damai oleh beberapa individu atau kelompok untuk mendapatkan sesuatu yang sama. Kompetisi dapat dibagi dalam dua bagian yaitu kompetisi perseorangan dan kompetisi antar kelompok.  Walaupun kompetisi didorong oleh suatu tujuan tertentu, tetapi kompetisi  dalam system social menjalankan fungsi seleksi, terutama dalam menetapkan seseorang pada suatu tempat dalam system social.
  1. Kerjasama.
Kerjasama diartikan ketika sekelompok orang bergabung/bekerja bersama-sama untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Kerjasama akan menghasilkan integrasi didalam kelompok/masyarakat. Kerja sama merupakan bentuk interaksi yang tidak begitu menarik perhatian para sosilog. Kerja sama ini ada bentuknya spontan (Spontaneous cooperation), langsung (directed coeepration), kontrak (contractual cooperation) dan kerjasama tradisional (traditional cooperation), yang terbagi dalam lima bentuk kerjasama[1]; Kerukunan, Bargaining, Koalisi dan Joint Venture
  1. Akomodasi
Akmodasi merupakan aspek interaksi sosial yang diikuti konflik. Akomodasi merupakan terminology yang digunakan sosilog untuk menjelaskan sebuah proses adaptasi antara individu/kelompok yang bertentangan. Dalam akomodasi kerja sama dan konflik hadir disaat yang bersamaan. Hasil dari akomodasi dalam masyarakat yakni:Integrasi masyarakat, Menekan oposisi, Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda, Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru, Perubahan-perubahan dalam kedudukan dan Membuka jalan kea rah asimilas.

Key Studies

  1. Masyarakat
Banyak ahli mencoba mendefinisi arti dari masyarakat. Menurut Talcott Parson, Masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang swasembada, melebihi masa hidup individu normal, dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya.
  1. Individu
Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan lingkungan pergaulan hidup. Oleh karena itu, dalam studi sosiologi binatang dan benda-benda mati tidak menjadi obyek kajian sosiologi.
  1. Status  (kedudukan)
Status atau kedudukan diartikan tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu. Dengan begitu seseorang dikatakan mempunyai kedudukan karena seseorang biasanya ikut serta dalam beberapa pola kehidupan. Status ada dua Ascribed Statusdan Achieved status.
  1. Peranan (role)
Peranan adalah segi dinamis suatu status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia disebut menjalankan peranan.
Perkembangan Sosiologi

Menurut George Ritzer sejarah sosiologi setelah perkembangan di Eropa Barat, berkembang di Amerika yang ditandai oleh liberalism terutama pengaruh Herbert Spencer dan Darwinisme Sosial Sumner dan ward. Karyanya tidak terlalu berpengaruh, tetapi setelahnya karya dari Small, Park, Thomas, Cooley dan terutama Mead mulai meninggalkan kesan dan pengaruh dalam teori interaksionisme simbolik.

Sementara di Harvard yang memainkan peran penting adalah aliran Chicago tokoh utamanya Pitirin Sorokin dan Talcoot Parson. Terutama Parson lah yang mengenalkan teori besar yang sangat berpengaruh yaitu aliran structural fungsional yang mendominasi teori sosiologi selama beberapa dekade.

Perkembangan teori Marxian di tahun-tahun awal abad ke-20 berkembang atas kreatifitas aliran Frankfurt. Tetapi lebih berkembang lagi setelah C, Wright Mills menghidupkan tradisi radikal sehingga mengembangkan teori konflik, awalnya teori ini belum begitu popular sehingga muncul teori pertukaran dan dramaturgi Erving Goffman.

Perkembangan penting selanjutnya dalam sosiologi kehidupan sehari-hari selain interaksionisme simbolik adalah gencarnya studi tentang fenomenologi, etnometodologi, strukturalisme dan post strukturalisme melalui karya Foucault.

Dan terakhir perkembangan sosiologi di abad ke-21 adalah teori multikultural, teori postmodern dengan segala reaksinya. Muncul pula teori modernitas Antony Giddens dan teori Globalisasi.

Begitulah teori sosiologi, ia terus berkembang dan nampak secara jelas bahwa sosiologi sulit menuju perspektif tunggal yang akan mendominasi. Tetapi ia muncul dalam banyak perspektif untuk dapat melihat dan membaca realitas sosial.

Beberapa tokoh Sosiologi
  1. Auguste Comte (1789-1857)
  2. Herbert Spencer (1820-1903)
  3. Emile Durkheim (1858-1917)
  4. Max Weber (1864-1920)
  5. Charles Horton Cooley (1864-1929)
  6. Ferdinand Tonnies
  7. Lester Frank Ward (1841-1913)
  8. Vilfredo Pareto (1848-1923)
  9. Georg Simmel (1858-1918)
  10. William Graham Summer (1840-1910)
  11. Karl Mannheim (1893-1947)


Masyarakat dan Budaya


Sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran, manusia selalu memiliki cara dalam menyikapi situasi lingkungan sekitarnya. Cara manusia dalam menyikapi lingkungan sekitarnya selalu berkembang. Kemampuan dalam mengembangkan cara menyikapi lingkungan inilah yang membuat manusia bisa bertahan dalam situasi dan kondisi apapun. Manusia akan memunculkan kreatifitas di alam pikiran dan tindakannya. Bagaimana manusia mengeluarkan ide, dan tindakan yang terus berakumulasi dan berkembang itu kemudian membentuk budaya. Oleh karena itu, budaya itu lahir dari kreatifitas manusia yang hidup dalam masyarakatnya.

Beda Masyarakat dan Kebudayaan:

Kebudayaan

Masyarakat

Sistem norma dan nilai

Sekumpulan manusia yang mendiami wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu

Terorganisir dan merupakan pegangan bagi masyarakat

Organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain

Khas, unik

Masyarakat yang berbeda, bisa saja memiliki kebudayaan yang sama (ex: Amerika Serikat dan Kanada)

Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Pengertian budaya menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.Budaya menurut Koentjaraningrat (1987:180) adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Karena itu kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dalam kebudayaan terkandung serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang lahir dari olah fikir dan kognitif manusia. Kebudayaan juga merupakan satuan ide, kebudayaan terdiri atas serangkaian nilai-nilai, norma-norma yang berisikan larangan-larangan untuk melakukan suatu tindakan dalam menghadapi suatu lingkungan sosial,

Unsur-unsur kebudayaan

Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan (Soekanto, 2003:175).

Menurut Bronislaw Malinowski (Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, 1964:115) menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan sebagai berikut:
  • the normative system (yang dimaksudkan adalah sistem norma-norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat agar menguasai alam sekitarnya.
  • economic organization (organisasi ekonomi),
  • mechanism and agencies of education (alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan dimana keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama, dan
  • the organization of force (organisasi militer).
Kluckhohn menguraikan adanya tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universal, yaitu:
  • peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi transportasi dan sebagainya)
  • mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya)
  • sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan)
  • bahasa (lisan maupun tertulis)
  • kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya)
  • sistem pengetahuan
  • religi (sistem kepercayaan)
(Koentjaraningrat, 1994:9; Soekanto, 2003:176)

Wujud Kebudayaan

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
  • Gagasan (Wujud ideal)
  • Aktivitas (tindakan)
  • Artefak (karya)
Koentjaraningrat dalam buku ilmu Antropologi menjelaskan tentang wujud kebudayaan. Wujud kebudayaan merupakan bentuk tampak atau bisa dirasakan secara langsung. Ia membagi menjadi tiga wujud, yaitu :
  1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
  2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
  3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Prasangka dan Stereotipe

Prasangka (Prejudice)

Prasangka sebagai sikap positif atau negatif berdasarkan keyakinan stereotip kita tentang anggota dari kelompok tertentu.Suatu pernyataan atau kesimpulan tentang sesuatu berdasarkan perasaan atau pengalaman yang dangkal terhadap seseorang atau sekelompok orang tertentu.

Prasangka disebabkan oleh beberapa faktor, yang menurut Johnson (1986) disebabkan oleh empat hal, antara lain:
  • Gambaran  perbedaan  antarkelompok.
  • Nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh kelompok mayoritas menguasai kelompok minoritas.
  • Stereotip  antarkelompok.
  • Kelompok yang merasa superior sehingga merasa kelompok lain inferior

Stereotip

Stereotip adalah kombinasi dari ciri-ciri yang paling sering diterapkan oleh suatu kelompok tehadap kelompok lain, atau oleh seseorang kepada orang lain (Soekanto, 1993).Stereotipe adalah pendapat atau gambaran mengenai orang-orang dari kelompok tertentu, dimana pendapat tersebut hanya didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok tertentu tersebut. Kelompok ini mencakup kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua, berbagai pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotipe kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif terhadap kelompok lain.

Tidak sedikt orang menjadikan stereotipe sebagai alasan untuk mengucilkan kelompok lain berarti orang tersebut tidak menganggap bahwa manusia memiliki keunikan yang bermacam- macam.

Pembagian stereotipe

Stereotipe terdiri dari dua macam yaitu stereptipe positif dan stereotipe negatif,namun sebagian besar orang menganggap stereotipe itu negatif tetapi bisa memungkinkan stereotipe itu positif
  1. Stereotipe Positif
  2. Stereotipe Negatif

Macam- Macam Stereotipe
Stereotipe banyak macamnya, diantaranya adalah:
  1. Stereotipe berdasarkan jenis kelamin, misalnya: laki-laki kuat sedangkan perempuan lemah.
  2. Stereotipe berdasarkan etnis, misalnya: Jawa halus, Batak kasar, dan seterusnya.
  3.  Stereotipe berdasarkan negara, Jerman orangnya kaku, Indonesia ramah
  4. Stereotipe berdasarkan usia, misalnya orang lanjut usia jika berbicara biasanya menggurui,suatu pekerjaan memberi masa pensiun kepada lansia karena lansia sudah tidak dapat bekerja secara maksimal
  5. Stereotipe berdasarkan ekonomi, misalkan orang yang secara ekonomi berlebih biasanya berpenampilan glamour,orang dari ekonomi pas-pasan berpenampilan sederhana


Multikultural

Multikultural, dalam ilmu sosiologi sangat erat hubungannya dengan Masyarakat. oleh karena itu, Pengertian masyarakat multikultural (multicultural society) adalahmasyarakat yang terdiri dari banyak kebudayaan dan antara pendukung kebudayaan saling menghargai satu sama lain. Jadi, masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang menganut multikulturalisme, yaitu paham yang beranggapan bahwa berbagai budaya yang berbeda memiliki kedudukan yang sederajat.

Ciri-ciri masyarakat multikultural menurut Pierre van den Berghe :
  1. Segmentasi (terbagi) ke dalam kelompok-kelompok.
  2. Kurang mengembangkan konsensus (kesepakatan bersama).
  3. Sering mengalami konflik.
  4. Integrasi sosial atas paksaan.
  5. Dominasi (penguasaan) suatu kelompok atas kelompok lain.

Subculture dan Counterculture

Subculture dan counterculture merupakan dua konsep yang mempunyai banyak kemiripan. Pendefinisian kedua konsep tersebut sangat beragam dan terkadang tumpang tindih. Definisi tentang subculture salah satunya mengacu pada variasi budaya yang ditampilkan oleh segmen tertentu dalam populasi (Komarovsky dan Sargent dalam Jenks 2004).

Sedangkan counterculture Menurut Dessaure (1971, dalam Desmond), mengacu pada sistem norma dan nilai yang koheren yang tidak hanya berbeda dari sistem dominan, tapi juga terdiri paling tidak dari satu norma atau nilai yang membutuhkan komitmen perubahan budaya (cultural change), yang ditujukan dalam rangka transformasi sistem nilai dan norma yang dominan.

Interaksi Sosial dan Tatanan Sosial.

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balikdalam kehidupan manusia, baik antara orang perorang, orang dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Karena itu interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative process.

Interaksi sosial bisa terjadi bila dua individu melakukan kontak sosial dan komunikasi. Karena dengan itulah orang bisa dikatakan melakukan sebuah interaksi. Kontak sosial merupakan tahap paling awal di dalam sebuah interaksi. Di tahap ini seseorang akan membutuhkan orang lain sebagai patner. Setelah seseorang melakukan kontak sosial tahap yang selanjutnya adalah komunikasi. Komunikasi adalah penyampaian informasi atau memberikan tanggapan. Dan setelah penyampain informasi atau tanggapan akan terjadi sebuah reaksi. Dan dari situlah tanpa di sadari seseorang telah melakukan sebuah interaksi.

Faktor Pendorong Interaksi Sosial

Berlangsungnya interaksi di dasarkan pada berbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.

Imitasi : Sikap meniru tindakan orang lain di mulai ketika dia masih bayi hingga ia berkambang dewasa.

Sugesti : Suatu proses di mana seorang individu menerima pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.

Identifikasi : Merupakan keinginan seseorang yang cenderung untuk mempersamakan dirinya dengan orang lain. Dan proses tersebut terjadi dengan sendirinya atau secara sadar. Baik itu terjadi di dalam sifatnya, cara berpenampilan, ataupun berpakaian.

Simpati : Simpati dapat di artikan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain. Sebagai contoh laki laki yang sedang jatuh cinta dengan seorang wanita.
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama (cooperation), akomodasi, asimilasi, persaingan (competition) dan pertikaian (conflict).
  1. Kerja sama
Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok dan merupakan proses yang utama. Secara sederhana kerja sama diartikan ketika sekelompok orang bergabung/bekerja bersama-sama untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Kerjasama akan menghasilkan integrasi didalam kelompok/masyarakat.
  1. Akomodasi
Akmodasi merupakan aspek interaksi sosial yang diikuti konflik. Akomodasi merupakan terminologi yang digunakan sosilog untuk menjelaskan sebuah proses adaptasi antara individu/kelompok yang bertentangan. Dalam akomodasi kerja sama dan konflik hadir disaat yang bersamaan. Beberapa sosilog seperti Summer menamakan akomodasi sebagai kerjasama antagonis. Semakin bersahabat sebuah lingkungan, semakin besar kemungkinan untuk bekerjasama, dan sebaliknya.
  1. Asimilasi
Asimilasi merupakan bagian penting dari interaksi sosial, dimana individu atau kelompok mulai mengeliminiasi perbedaan dan lebih mengedepankan persamaan-persamaan, yang terideintifikasi melalui minat/kepentingan dan pandangan/harapan.
  1. Persaingan (Competition)
Persaingan merupakan proses sosial dimana individu dan atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehiduapn yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum.
  1. Konflik
Terjadi ketika ada perbenturan kepentingan, baik objek kompetisinya maupun antar sesama kompetitor.

Tatanan Sosial (Social order)

Kita hidup dalam suatu lingkungan sosial yang bukan apa adanya. Lingkungan sosial tersebut mempunyai sejumlah prasyarat yang menjadikannya dapat terus berjalan dan bertahan. Prasyarat- prasyarat inilah yang kita sebut tatanan sosial (sosial order). Konsep tatanan sosial merupakan konsep dasar yang harus dipahami dengan baik oleh mereka yang mempelajari sosiologi. Karena konsep tatanan sosial ini terkait erat dengan konsep-konsep dasar lainnya. Apabila Anda memahami dengan baik konsep-konsep dasar ini, maka Anda akan dapat menganalisis fenomena sosial dengan baik.

Prinsip yang bisa kita ambil adalah adanya pengaturan dan ketertataan dari suatu lingkungan sosial. Atas dasar pemenuhan kebutuhan, individu-individu membentuk lingkungan sosial tertentu, di mana individu-individu tersebut saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosialnya yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai. Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial (social order). Demikian juga dengan tatanan sosial. Semua persyaratan, antara lain adanya sejumlah individu, interaksi, status dan peranan, nilai dan norma serta proses harus terpenuhi sehingga tatanan sosial tersebut bisa tetap berlangsung dan terpelihara.

Struktur Sosial

Struktur sosial secara etimologis berarti susunan masyarakat. Struktur Sosial secara definitif merupakan skema penempatan nilai-nilai sosial-budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai, demi berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan, dan demi kepentingan masing-masing bagian.

Pendekatan dalam Studi interaksi

Untuk mempelajari interaksi perlu pendekatan tertentu. Pendekatan tersebut di kenal dengan perspektif interaksionis (interactionist perspective). Ada beberapa pendekatan dalam studi terhadap interaksi.
  1. Pendekatan yang terkenal adalah pendekatan interaksionisme sombolik yang bersumber dari pemikiran Herbert Mead. Interaksi yang mengacu pada symbol-simbol. Simbol adalah nilaiataumaknayamgdianugerahkan kepadamereka yangmenggunakannya. Pendekatan ini sudah banyak dibahas dalam pertemuan sebelumnya.
  2. Definisi Situasi. Konsep lain yang perlu pula dikaji dan diberi perhatian adalah konsep definisi situasi.Biasa interaksi diartikan pemberian respon terhadap stimulus. Namun analisa situasi memahaminya berbeda. Setiap stimulus perlu mendapat definisi dan penafsiran terlebih dahulu, baru setelah itu dimunculkan respon. Misalnya pemberian salam seorang laki-laki yang belum di kenal terhadap seorang wanita. Maka perlu penafsiran lebih dulu itikadnya. Jika itikadnya baik, maka dijawab dengan baik. Konsep ini dikenalkan oleh W,I, Thomas.

Analisis terhadap definisi situasi dapat dilakukan dengan memahami aturan Interaksi. Definisi situasi yang dibuat masyarakat merupakan aturan yang mengatur interaksi.David A dan W.C.Yoels (dalam Sunarto,2000) menyebutkan tiga jenis aturan, yaitiu aturan mengenai ruang, mengenai waktu dan mengenai gerak atau sikap tubuh.

Cara lain untuk mendefinisikan situasi dilakukan dengan memahami komunikasi nonverbal. Menurut Hall dalam interaksi orang lain membaca perilaku kita, bukan apa yang kita katakan. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengamati orang dapat berkomunikasi tanpa menggunakan satu patah kata pun. Dengan menggunakan tangan atau gerak tubuh seperti memicingkan mata, menjulurkan lidah, mengangkat bahu, membungkukkan badan, mengacungkan tinju, mengacungkan ibu jari, mengerutkan dahi, mengagukkan kepala dll. Orang dapat menyampaikan perasaannya dengan komunikasi non verbal atau gerak tubuh (body language) seperti perasaan cinta, cemooh, ketidaktahuan, hormat, menantang, kagum, tidak senang, persetujuan. Ini berarti bahwa kita tidak dapat menggerakkan tubuh semau kita. Karena berbagai sikap tubuh dan gerak tangan kita diberi makna tertentu oleh masyarakat dan dijadikan petunjuk untuk mendefinisikan situasi.
  1. Dramaturgi Goffman. Pernyataan paling terkenal Goffman tentang teori dramaturgis berupa buku Presentation of Self in Everyday Life, diterbitkan tahun 1959. Secara ringkas dramaturgis merupakan pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukan drama dalam sebuah pentas. Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan.Menurut Margaret Poloma, pendekatan dramaturgi (dramaturgy) didefinisikan sebagai pendekatan yang menggunakan bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta subyektif dan obyektif dari interaksi.
  2. Tahap Interaksi. Mark L Knapp, memperkenal tahap yang dapat dicapai dalam interaksi yang ia bagi dalam dua kelompok besar, yaitu tahap yang mendekatkan peserta interaksi dan tahap yang menjauhkan. Tahap mendekatkan di rinci menjadi memulai (initiating), menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating) dan mempertalikan (bonding).
Knapp juga menjelaskan tahap perenggangan, ia merinci menjadi tahap membeda-bedakan (differentiating), membatasi (circumscribinng), memacetkan (stagnating), menghindari (avoiding) dan memutuskan (termating.

Sekian artikel tentang Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka
Soekanto, Soerjono. 2012.  Sosiologi: Suatu Pengantar: Jakarta: Rajawali Pers
Sunarto, Kamanto, 2000, Pengantar Sosiologi, Jakarta, Lembaga Penerbit, Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Mannheim, Karl, 1985, Systematic Sociology Terjemahan, Jakarta, Bina Aksara.
Jakarta, Prenada Media.
Poloma, M. Margaret, 2003, Sosiologi Kontemporer, terjemahan, Jakarta, Raja
Grafindo Persada.
Maliki, Zainuddin, 2003, Narasi Agung; tiga teori hegemonik, Surabaya, Lembaga
Pengkajian agama dan Masyarakat (LPAM)
Soeprapto, Riyadi, 2002, Interaksionisme Simbolik, perspektif Sosiologi Modern, Yokyakarta, Aveeoes Press
Ritzer, George, Modern Sociological Theory, Jakarta, Prenada Media, Terjemahan
Alimandan.
Kartasapoetra, G, dan Widyaningsih, G,R,  Teori sosiologi, Bandung, Armico
Ritzer, George, 1992, Sosiologi Ilmu Pengetahuan berparadigma Ganda, Jakarta,
Rajawali Press, Terj Alimandan.
Mannheim, Karl, 1985, Systematic Sociology Terjemahan, Jakarta, Bina Aksara.
Koentjaraningrat, 1999, Pengantar Antropologi, Jakarta, Rineka Cipta
Koentjaraningrat, 1981, Kebudayaan, mentalitas dan Pembangunan, Jakarta,
Gramedia,
Soemardjan, S dan Soelaeman Soemardi. (1964). Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Johnson,P, Doyle, 1986, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Terjemahan, Jakarta,
Gramedia.
[1] James D Thomspon dalam Soekanto, Soejorno, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajagrafindo Persada, hal.68
Sigmund Freud
Sigmund Freud Stimulate your passion!