Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Konsep Tes Kreativitas, Tujuan, dan Jenis Tes Kreativitas

Konsep Tes Kreativitas, Tujuan, dan Jenis Tes Kreativitas - Artikel ini akan membahas pengenalan Konsep Kreativitas, Tujuan Dan Penggunaan, Serta Macam Tes Kreativitas. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami konsep, fungsi tes kreativitas, dan mempraktekkan administrasi tes, serta mampu melakukan skoringnya.

Kreativitas

Dari berbagai alasan yang dikemukakan untuk mengukur bakat kreatif, ada 5 alasan penting untuk menemukenali bakat kreatif:

1. Pengayaan
Tujuan utama tes kreatif adalah untuk mengidentifikasi bakat kreatif anak.

2. Remediasi
Alasan lain untuk melakukan pengukuran adalah untuk menemukenali mereka yang kemampuan kreatifnya sangat rendah. Meskipun demikian, program remedial dalam kreativitas masih sangat langka.

3. Bimbingan Kejuruan
Penggunaan tes kreativitas untuk membantu siswa memilih jurusan pendidikan dan karier pada tahap awal. Selain itu, informasi mengenai kemampuan ini berguna dalam menyarankan siswa mengikuti pendidikan dan kejuruan yang menuntut kemampuan kreatif

4. Evaluasi Pendidikan
Pendidik sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah sekolah akan menggunakan program pengembangan kreativitas. Sayangnya kurangnya evaluasi hasil pendidikan menyulitkan untuk menentukan efektivitas programnya .

5. Pola Perkembangan Kreatif
Pakar psikologi tertarik untuk mengetahui pola perkembangan kreativitas karena 2 alasan, pertama mereka ingin mengetahui perkembangan atau penurunan kreativitas pada berbagai tipe orang, dan kedua, mereka ingin mengetahui apakah ada masa puncak dimana kreativitas sebaiknya dilatih.

Konsep Tes Kreativitas, Tujuan, dan Jenis Tes Kreativitas_
image source: www.creativitypost.com
baca juga: Konsep Tes DAT, Administrasi, Skoring, dan Hasil Skor

Tujuan Penggunaan Tes Kreativitas

1. Identifikasi Anak Berbakat Kreatif
Dalam seleksi siswa kreatif untuk mendapat tingkat kepercayaan yang tinggi, sebaiknya menggunakan dua sumber untuk mengukur kreativitas. Misalnya dengan tes kreativitas, selain penilaian guru mengenai tingkat kreativitas anak.

2. Penelitian
Penelitian membantu kita memahami perkembangan kreativitas. Tes kreativitas dalam penelitian dapat digunakan dengan dua cara; pertama untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif dan membandingkan mereka dengan orang-orang pada umumnya. Kedua tes kreativitas dalam penelitian dapat digunakan untuk menilai dampak pelatihan kreativitas terhadap kreativitas peserta.

3. Konseling
Tes kreativitas dapat juga digunakan untuk bimbingan dan konseling siswa. Konselor atau psikolog sekolah di SD atau sekolah menengah memerlukan informasi mengenai seorang siswa yang dikirim karena problem sikap atau masalah lain.

Tes yang Mengukur Ciri Kepribadian Kreatif

  1. Tes mengajukan pertanyaan
  2. Tes risk taking, digunakan untuk menunjukkan dampak pengambilan resiko terhadap kreativitas
  3. Tes kreativitas verbal, merupakan tes yang pertama dikonstruksikan di Indonesia untuk mengukur kelancaran, kelenturan, originalitas dan elaborasi dalam berpikir
  4. Tes kreatif figural, diadaptasi dari Torrance test, distandarisasi untuk anak usia 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi UI


TES KREATIVITAS VERBAL

Tes Kreativitas pertama yang dikonstruksi di Indonesia pada tahun 1977 adalah tes kreativitas verbal (mengukur keampuan berpikir divergen) dan skala sikap kreatif (Munandar, 1977). Konstruksi tes kreativitas verbal berdasarkan model struktur intelek dari Guilford sebagai kerangka teoritis. Tes ini terdiri dari enam sub tes yang semuanya mengukur dimensi operasi berpikir divergen, dengan dimensi konten verbal, tetapi masing-masing berbeda dalam dimensi produk. Setiap subtes mengukur aspek yang berbeda dari berpikir kreatif. Kreativitas atau berpikir kreatif secara operasional dirumuskan sebagai suatu proses yang tercermin dari kelancaran, kelenturan, orisinalitas dalam berpikir.

Sub tes kreativitas verbal terdiri dari enam sub tes, yaitu:

a. Permulaan kata

Pada subtes ini testee harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang mulai dengan susunan huruf tertentu sebagai stimulus. Tes ini mengukur kelancaran dengan kata, yaitu kemampuan untuk menemukan kata yang memenuhi persyaratan structural tertentu.

Skoring:
Setiap kata mendapat skor 1 (satu) jika memenuhi persyaratan, yaitu kata tersebut mulai dengan susunan huruf yang ditentukan. Kata tersebut harus betul ejaannya sejauh menyangkut susunan huruf yang diberikan, tetapi tidak perlu sempurna jika tidak menyangkut susunan huruf yang merupakan persyaratan

b. Menyusun kata

Pada subtes ini, testee harus menyusun sebanyak mungkin kata dengan menggunakan huruf-huruf dari satu kata yang diberikan sebagai stimulus. Tes ini mengukur kelancaran kata, dan menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi.

Skoring:
Keseluruhan kata yang dibentuk harus betul ejaannya, karena kata tersebut haruslah dibentuk dari huruf-huruf kata yang telah ditentukan. Jadi ini merupakan suatu persyaratan yang terkandung dalam stimulus tes. Perlu pula diperhatikan bahwa tidak dibenarkan untuk menggunakan huruf-huruf lain yang tidak terkandung dalam kata dari item tes dan tidak dibenarkan pula untuk menggunakan suatu huruf dalam kata item tes sampai dua kali, kecuali bila dalam kata item tes huruf tersebut memang muncul dua kali.

c. Membentuk kalimat tiga kata

Pada subtes ini testee harus menyusun kalimat yang terdiri dari tiga kata, huruf pertama untuk setiap kata diberikan sebagai rangsangan. Akan tetapi urutan dalam penggunaan ketiga huruf tersebut boleh berbeda-beda sesuai keinginan testee.

Skoring:
Urutan huruf yang diberikan dalam pembuatan kalimat boleh diubah. Jadi tidak perlu selalu dalam urutan yang diberikan. Tiap kalimat boleh memakai satu kata yang telah dipakai pada kalimat-kalimat sebelumnya. Kalimat yang memakai dua kata dari kalimat-kalimat sebelumnya, tidak diskor. Jawaban boleh menggunakan nama orang. Susunan kata dalam kalimat harus betul dan logis. Kesalahan dalam ejaan kata tidak mempengaruhi skor, kecuali jika menyangkut huruf pertama dari kata.

d. Sifat-sifat yang sama

Pada subtes ini testee harus menemukan sebanyak mungkin objek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang terbatas.

Skoring:
Di bawah ini dirumuskan apa yang diartikan dengan sifat-sifat yang disebut pada masing-masing item:

  1. Bulat dan keras
    Bulat disini adalah bulat gepeng (bundar), misalnya seperti uang logam, maupun bulat sepenuhnya, misal bola. Yang dapat diambil sebagai patokan ialah bahwa kesan keseluruhan dari benda tersebut adalah kebulatannya. Yang dimaksudkan dengan keras di sini adalah tahan terhadap tekanan atau tidak mudah ditekan, tidak mudah berubah bentuk.
  2. Putih dan dapat dimakan
    Dapat dimakan maksudnya ialah; meliputi makanan maupun minuman (misal susu). Merupakan bahan yang telah matang, telah dimasak maupun yang masih perlu dimasak, misal beras dan tepung
  3. Panjang dan tajam
    Panjang maksudnya adalah diartikan secara relative bentuknya memanjang dan tidak melebar, misalnya jarum. Tajam adalah semua benda yang ujung/tepinya tajam, misalnya lembing, pisau, pensil yang diraut, dsb.
  4. Panas dan berguna
    Panas dan berguna adalah semua benda yang kegunaannya adalah akibat dari kepanasannya dan kehangatannya. Benda yang mempunyai efek panas walaupun suhu benda tersebut tidak tinggi, dibenarkan (misal minyak serai, obat gosok, param)


e. Macam-macam penggunaan

Pada subtes ini testee harus memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim dari benda sehari-hari. Tes ini merupakan ukuran kelenturan dalam berpikir, karena dalam tes ini testee harus melepaskan diri dari kebiasaan melihat benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu saja. Selain itu, tes ini juga mengukur originalitas berpikir, yang ditentukan secara statistic, dengan melihat kelangkaan jawaban yang diberikan.

Skoring:
Semua penggunaan yang menunjukkan penggunaan yang lazim atau biasa tidak mendapatkan skor. Penggunaan benda tersebut tidak harus dalam keadaan utuh (misal surat kabar dirobek-robek untuk dijadikan bahan prakarya) dan tidak perlu digunakan keseluruhannya.

f. Apa akibatnya

Pada subtes ini testee harus memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dari suatu kejadian hipotetis yang telah ditentukan sebagai stimulus. Kejadian atau peristiwa itu sebenarnya tidak mungkin terjadi di Indonesia, tetapi testee harus mengumpamakan seandainya kejadian tersebut terjadi di Indonesia, apa akibatnya? Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam member gagasan digabung dengan elaborasi, diartikan sebagai kemampuan mengembangkan gagasan, merincinya dengan mempertimbangkan berbagai implikasi.

Skoring:
Tes ini menghasilkan suatu skor yang merupakan gabungan dari kelancaran memberikan gagasan dan elaborasi. Setiap jawaban yang menjunjuk pada akibat yang masuk akal dari kejadian hipotetis mendapat skor 1 (satu). Selain itu, setiap elaborasi yang ditambahkan dan memperkaya jawaban atau merupakan akibat tambahan juga mendapat skor.

TTCT (Torrance Test of Creative Thinking)

E. Paul Torrance adalah seorang pemimpin intelektual dalam riset kreativitas dan terkenal akan pengembangan Torrance Test of Creative Thinking (TTCT), yang banyak digunakan di dunia pendidikan dan bisnis untuk menilai kapasitas kreatif individu. Torrance mendefinisikan kreativitas sebagai:
‘‘Sebuah proses menjadi peka terhadap masalah, kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan, elemen yang hilang, ketidakharmonisan, dan lain-lain; mengidentifikasikan kesulitan; mencari solusi, membuat perkiraan atau memformulasikan hipotesis mengenai defisiensi: menguji dan melakukan pengujian ulang, dan akhirnya mengkomunikasikan hasil.’’
Menurut Torrance, motivasi kreatif dan keterampilan serta kemampuan kreatif penting untuk terjadinya pencapaian kreatif orang dewasa.

Bentuk Tes

Dua versi TTCT adalah TTCT verbal dan TTCT figural. TTCT verbal memiliki 2 form parallel; A dan B, terdiri dari lima aktivitas;

  • Bertanya dan menebak
  • Peningkatan produk
  • Penggunaan yang tidak biasa
  • Pertanyaan yang tidak biasa
  • Menebak


Stimulus untuk masing-masing tugas mencakup gambar dimana testee memberikan respon dalam bentuk jawaban tertulis. Sedangkan TTCT figural memiliki dua form parallel: A dan B, dan terdiri dari tiga aktivitias:

  • Konstruksi gambar
  • Melengkapi gambar
  • Bentuk berulang dari garis atau lingkaran


Pada pembahasan ini difokuskan pada TTCT figural. Untuk melakukan aktivitas secara lengkap dibutuhkan waktu 10 menit pada setiap aktivitas. TTCT dapat diadministrasikan sebagai tes individu maupun tes klasikal. Dibutuhkan 30 menit, sehingga kecepatan sangat penting, dan kualitas artistic tidak diperlukan untuk penilaian

Tujuan

TTCT merupakan bagian dari program penelitian panjang yang menekankan pengalaman kelas yang menstimulasi kreativitas. Focus utama Torrance adalah untuk memahami dan menumbuhkan kualitas yang membantu individu untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Tes ini tidak dibuat semata-mata untuk mengukur kreativitas, tetapi menjadi alat untuk meningkatkan kreativitas itu sendiri. Torrance mengusulkan beberapa penggunaan tes ini:

  1. Memahami pikiran manusia dan fungsinya serta perkembangannya
  2. Mencari dasar efektif bagi instruksi individual
  3. Menyediakan petunjuk untuk program remedial dan psikoterapeutik
  4. Mengevaluasi efek program pendidikan, material, kurikulum dan prosedur pengajaran
  5. Menyadari potensi laten.


Dengan kata lain, meskipun tes telah digunakan secara umum untuk asesmen identifikasi anak berbakat, Torrance berencana untuk menggunakannya sebagai dasar untuk pemberian instruksi individu berdasarkan skor tes murid. Dengan demikian, tujuan TTCT adalah untuk penelitian dan eksperimen, sedangkan untuk penggunaan umum adalah untuk perencanaan instruksional dan penentuan kekuatan murid.

Ruang Lingkup

Guilford melihat berpikir kreatif terdiri dari berpikir divergen, yang menekankan kefasihan, fleksibilitas, originalitas dan elaborasi. Meskipun demikian, Guilford mencatat bahwa berpikir kreatif tidak sama dengan berpikir divergen, karena kreativitas membutuhkan sensitivitas terhadap masalah demikian pula kemampuan mendefinisikan ulang, yang mencakup transformasi pikiran, reinterpretasi, dan kebebasan dari keterbatasan fungsional dalam mencari solusi yang unik.

Dalam pengukuran potensi kreatif ada lima subskala yang dideskripsikan di bawah ini:

  1. Fluency (kelancaran): Jumlah dari gagasan-gagasan relevan; menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan sejumlah gambar-gambar figural.
  2. Originalitas (keaslian): jumlah dari gagasan yang tidak biasa; menunjukkan kemampuan menghasilkan respon yang tidak biasa dan unik. Prosedur scoring mengkategorikan respon umum sebagai 0 dan semua respon original sebagai 1.
  3. Elaborasi: jumlah dari gagasan tambahan; menunjukkan kemampuan testee untuk mengembangkan dan mengelaborasi gagasan.
  4. Abstractness of Titles: tingkatan melampaui labeling; berdasarkan gagasan bahwa kreativitas mencakup pemikiran abstrak. Hal ini mengukur tingkatan sebuah judul melampaui labeling konkret dari gambar.
  5. Resistance to Premature Closure: tingkatan keterbukaan psikologis, berdasarkan keyakinan bahwa perilaku kreatif menuntut seseorang untuk melibatkan berbagai informasi ketika memproses informasi dan menjaga keterbukaan pemikian ‘open mind’.


Sekian artikel tentang Konsep Tes Kreativitas, Tujuan, dan Jenis Tes Kreativitas.

DAFTAR PUSTAKA
Kim, K. H. 2006. Can We Trust Creativity Test? A Review of Torrance Test of Creative Thinking (TTCT). Lawrence Erlbaum Associates, Inc: Creativity Research Journal Vol. 18 No. 1, 3-14
Nur’aeni. 2012. Tes Psikologi: Tes Inteligensi dan Tes Bakat. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Purwokerto Press

1 komentar untuk "Konsep Tes Kreativitas, Tujuan, dan Jenis Tes Kreativitas"

  1. Min, ini ada pertanyaan. Memangnya berapa lama dalam setiap pelaksanaan masing tes kreativitas ?

    BalasHapus