Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Teori Humanistik dalam Psikologi Menurut Para Ahli + Contoh

Teori Humanistik dalam Psikologi Menurut Para Ahli + Contoh - Humanisme (humanism) adalah gerakan filosofis yang menekankan pada nilai pribadi individu dan sentralitas nilai manusia pada umumnya. Pendekatan humanistic terhadap kepribadian juga memperhatikan tentang permasalahan etika dan nilai pribadi. Banyak pendekatan kepribadian, yang bersifat deterministic, menekankan sejauh mana perilaku kita dikuasai oleh dorongan tidak sadar atau pengalaman sebelumnya. Sebagai contoh, kita mengetahui bahwa psikoanalisa melihat manusia sebagai makhluk yang dikuasai oleh dorongan id, sedangkan kaum behaviorisme melihat manusia sebagai makhluk yang diatur kejadian-kejadian di lingkungan.

Teori Humanistik dalam Psikologi Menurut Para Ahli + Contoh_
image source: bbhosted.cuny.edu
baca juga: Pengertian, Sejarah, dan Perkembangan Psikologi Islami

Memberikan Peran pada Jiwa Manusia

Pendekatan humanistic, yang berdasarkan pada pemikiran filosofis yangl ebih rumit mengenai eksistensialisme, lebih leluasa untuk memberikan penghargaan pada jiwa manusia. Oleh karena itu, Abraham Maslow menyebut psikologi humanistic sebagai “gerakan ketiga”.

Pendekatan humanistic brfokus pada sifat dasar manusia yang kreatif , spontan, dan aktif. Pendekatan ini biasanya bersifat optimis ketika memberikan fokus pada kapasitas manusia dalam mengatasi masalah dan keputusasaan. Tetapi pendekatan ini terkadang bersifat pesimis ketika harus memikirkan tentang kesi-siaan dari perilaku manusia. Bagaimanapun juga, pendekatan ini brsedia melihat aspek spiritual dan filosofis karakter dasar manusia.

Relasi dengan Orang Lain Menggambarkan Kemanusiaan Kita

Dibentuk berdasarkan pendekatan eksistensialisme, pendekatan humanistic menekankan kata “being” dari kata human being. Dengan kata lain pendekatan ini berfokus pada kualitas manusia yang aktif dan siaga. Kehidupan berkembang aat orang menciptakan dunia mereka sendiri. Pandangan ini sering kali mengubah manusia dari “being” menjadi “ becoming”, maksudnya, kepribadian yang sehat akan melakukan usaha aktif menuju pemenuhan diri. Ditambah lagi, pendektan humanistic mengadopsi pemikiran eksistensial bahwa keberadaan kita terutama berasal dari relasi kita dengan manusia lain. Fokus utamanya ada pada relasi yang bersifat langsung dan resiprokal, yang disebut oleh filusuf Martin Buber sebagai I-Thou dialogue. Dalam dialog ini, setiap orang menegaskan bahwa orang lain adalah makhluk dengna nilai yang unik. Hal ini dibedakan dari hubungan utilitarian (disebut sebagai I-it monologue), di mana seseorang menggunakan orang lain tetapi tidak menilai mreka atas diri mereka sendiri. Walaupun Buber mengajukan argument ini dalam konteks religi, banyak psikolog humanistic berpusat pada isu spiritual tanpa menyinggung agam secara khusus.

Pergerakan Potensi Manusia

Pergerakan potensi manusia (human potentianl movement), yang bermula pada tahun 1960, adalah salah satu contoh pendekatan eksistensial-humanistik terhadap kepribadian. Melalui pertemuan kelompok kecil, orang didorong untuk menyadari potensi yang ada di dalam diri mereka masing-masing. Pada tahun 1960 dan 1970, komunitas “penggali potensi manusia” lebih sering berkumpul dibandingkan komunitas hippie. Mereka mengadakan pertemuan kelompok, pijat tubuh, meditasi, pengingkatank esadaran, makan makanan organic, dan berkomunikasi dengan alam.

Sekarang ini, walaupun kegiatan-kegiatan tersebut masih tersu berjalan, pengaruh pemikiran tersebut dapat juga dilihat dalam masyarakat biasa. Sebagai contoh, menjaga hubungan manusia dengan lingkungan alam yang bersih dan bebas polusi sekarang merupakan usaha politik secara global.

CARL ROGERS

Dalil utama dari pendekatan eksistensial adalah bahwa setiap orang bertanggung jawab atas kedewasaan dan hidupnya sendiri. Pemikiran tersebut tercermin dalam teori Carl Rogers, seorang psikolog humanistic yang memiliki pengaruh besar. Rogers percaya bahwa orang memiliki kecenderungan bawaan kea rah pertumbuhan dan kedewasaan. Tetapi kedewasaan ini bukan pasti akan dicapai. Orang mendapatkan pemahaman diri melalui lingkungan psikososial yang suportif. Walaupun orang bebas untuk melatih kontrol atas diri mereka sendiri, mereka terus berjuang untuk dapat mengambil alih tanggung jawab ini bagi diri mereka. Tanggun jawab, seperti halnya cinta, adalah istilah yang sering terdengar dalam analisa humanistic terhadap kepribadian, tetapi jarang terdengar di tempat lain.

Latar Belakang Rogers

Carl Rogers, yang lahir pada tahun 1902, dibesarkan dalam atmosfer keluarga Kristen yangk aku yang memiliki hubungan kekeluargaan yang erat. Masa kecilnya sangat dipengaruhi oleh tuntutan etis sehingga ia sedikit merasa menjadi anak nakal saat ia meminum soda untuk pertama kalinya. Ia menghabiskan masa remajanya di peternakan keluarganya. Ia mempelajari teori agrikultur ilmiah. Rogers mengatribusikan keberhasilannya di masa mendatang sebagian karena kemandirian, pendekatan ilmiah, dan keterampilan observasi yang ia kembangkan pada masa remajanya.

Setelah lulus dari University of Wisconsin, Rogers melanjutkan ke Union Theological Seminary untuk menjadi pastur, tetapi lama kelamaan ia bralih ke bidang psikologi anak dan klinis. Yang perlu diperhatikan adalah banyak pemikiran humanistic berasal dari sumber religious atau kuasi-religius. Dibandingkan dengan psikolog yang mempelajari kepribadian dari sudut pandang biologi evolusi, kerusakan neurologis, perilaku binatang, atau proses pengolahan informasi, psikolog humanistic sering mempertimbangkan agama dan permasalahan jiwa manusia. Rogers meninggal di San Diego pada tahun 1987, setelah operasi pinggulnya yang patah. Samapi akhir hayatnya, ia aktif dlaam Center for the Study of Person.

Pertumbuhan, Kontrol Dalam Diri, dan Experiencing Person

Kunci utama sudut pandang Rogers adalah bahwa orang cenderung berkembang kea rah yang positif; dengan katal ain, mereka akan memenuhi potensi mereka kecuali kalau mereka mengalami rintangan. Pemikiran ini dapat ditelusuri sampai ke filsuf politik Prancis abad ke 18, Jean Jacques Rousseau, yang percaya bahwa semua orang pada dasarnya adalah baik. Rousseau berpendapat bahwa sekolah seharusnya mendukung ekspresi diri alih-alih mendisiplinkan perilaku yang “tidak pantas”. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh psikolog humanistic. Menurut Rogers, orang yang sehat secara psikologis adalah mereka yang memiliki konsep diri luas yang mampu memahami dan menerima berbagai perasaan dan pengalaman. Kontrol diri yang berasal dari dalam diri seseorang adalah lebih sehat daripada kontrol yang dipaksakan dan berasal dari luar.

Sebagai tambahan, Rogers memakai pendektan fenomenologis yang mengharuskan individu mendefinisikan berbagai isu penting. Fokus pendektan humanistic terletak pada apa yang disebut experiencing person. Yang perlu diperhatikan adalah diskrepansi antara apa yang seseorang pikirkan tentang dirinya dengna total keseluruhan pengalaman yang ia alami. Ketidakmampua untuk menerima aspek mengenai diri sendiri merupakan penghalang pertumbuhan pribadi.

Menjadi Diri Sendiri

Dari sudut pandang Rogers, merupakah hal yang sangat penting bagi kita untuk menerima diri kita sebagaimana adanya. Walaupun kita semua memiliki ide mengenai bagaimana seharusnya diri kita, Rogers mengatakan bahwa tiap orang harus “menjadi diri mereka sendiri”. Kepribadian ayng sehat dapat mempercayai pengalamannya sendiri dan menerima kenyataan bahwa orang lain berbeda dengan dirinya. Menurut Rogers, kecemasan eksistensial dan konflik dari dalam diri sering kali muncul saat kita memakai topeng dan berusaha mengikuti harapan orang lain. Sebagai c ontoh, menjelang akhir terapi yang berhasil, salah satu klien Rogers menulis, “syasa selalu merasa bahwa saya harus melakukan sesuatu karena itulah yang diharapkan dari saya, atau lebih penting lagi, agar orang menyukai saya. Masa bodoh dengan semua itu! Saya rasa mulai sekarang saya akan menjadi diri saya sendiri.

Lihat kasus mengengai siswa yang melakukan bullying atau rekan kerja yang pemaksa dan pemarah. Bagaimana kita bereaksi terhadap orang seperti itu? Apakah kita seharusnya membalas agresi terhadap orang semacam itu? Apakah kita seharusnya menyalahkan disfungsi aspek yang tidak terlihat dari kepribadian orang itu? Rogers mengatakan bahw aperilaku seperti itu akan merusak diri kita sendiri. Orang yang sehat sebaiknya bersikap optimis serta berusaha memahami dan mencari sisi kemanusiaan orang tersebut. Terkadang orientasi ini akan menghasilkan perubahan dramatis pada perilaku orang yang melakukan bullying, bahkan apabila tidak, yang terpenting bagi Rogers adalah bahwa kita mempertahankan kemanusian kita sendiri.

Rogers mendesak agar kita mengenali perasaan kita, akan tetapi kemudian menggunakan standar etis kita untuk bertanggung jawab. Orang yang dapat berfungsi dengan baik akan dapat menjalani hidup yang kaya, menyenangkan, dan berani.

Pengaruh Humanisme terhadap Perdamaian Dunia

Anda mungkin melihat bahwa pandangan ini memiliki dampak pada hubungan inernasional, lagi pula Rogers dan psikolog humanistic lainnya tidak hanya peduli terhadap perdamaian pribadi, tetapi juga peduli terhadap perdamaian dunia. Sebagai contoh, pada akhir hidupnya, Rogers mulai menangani perselisihan agama di Irlandia Utara. Singkatnya, permasalahan dasarnya adalah apkah mendapatkan mesin perang terkuat adalah jalan terbaik menuju perdamaian dunia tau apakah penggunaan kekuatan militer hanya kaan menanam bibit kehancuran.

Rollo May: Kecemasan, Ancaman dan Ketidakberdayaan

Psikolog eksistensial bersedia mempertimbangkan kecemasan, ancaman, dan bahkan rasa putus asa sebagai elemn dasar eksistensi manusia-mengenai apakah arti dari seorang manusia. Kecemasan adalah fokus khusu psikolog eksistensial Rollo May (1909- 1994), yang melihat bahwa kecemasan dipicu oleh ancaman terhadap nilai eksistensi dasar manusia. Perasaan tidak berdaya sering kali menjadi penyebab utamanya. Sebagai contoh: kecemasn seorang wanita muda mungkin disebabkan karena ia diabaikan oleh oran g tuanya, teralienasi dari agamany, atau diperlakukan sebagai objek oleh teman sebanya. Atau mungkin ia merupakan korban peleecehan atau pemerkosaan. Untuk mengatasi alineasi tersebut, ia beralih pada narkoba, kebebesan seksual, atau sekte kekerasan. Dalam masyarakat Barat, obat-obatan psikotropika seperti Valium adalah salah satu obat yang paling banyak dianjurkan dalam pengobatan, dengan ratusan juta pil dikonsumsi setiap tahunya. Alkohol bahkan lebih banyak digunakan dan disalahgunakan, sering kali untuk mengatasi kecemasan.

Perasaan refleksi diri yang mendalam semakin menguat saat Rollo May menderita TBC, diharuskan tinggal dalam sanatorium selama beberapa tahun. Dalam institusi, ia merasa terdepersonalisasi dan terisolasi. Selanjutnya, sebagai terapis, May banyak melihat pasien mencari makna hidup mereka, sebuah observasi yang meningkatkan ketertarikannya pada isolasi dan kecemasan. Yang menarik adalah May, seperti pendiri pendekatan eksistensial-humanistik terhadap kepribadian lainnya, mengikuti pendidikan teologi dan psikoanalisis.

Rollo May menjembatani jurang antara pendekatn kepribadian eksistensial dan humanistic. Walaupun ia menitikberatkan pada kecemasan yang mengikuti setiap usaha untuk menjalani hidup seutuhnya. May melihat perjalan hidup manusia seb gai sesuatu yang mulia dan bermartabat. Dalam hal ini, pandangannya sejalan dengan kebanyakan filsafat agama mengenai signifikansi bawaan manusia: harus ada perjuangan untuk dapat menjadi bermartabat. Dunia saat ini, walupun penuh dengan ancaman,menyediakan kesempatan untuk memperoleh pencapaian terdalam.

Victor Franckl: Pilihan Pribadi

Ahli teori eksistensial-humanistik seprti Victor Frankl (1962) juga berfokus pada keuntungan pilihan pribadi. Apabila orang memilih untuk tumbuh dan berkembang, tuntutan dari sesuatu yang tidak diketahui menimbulkan kecemasan; tetapi kecemasan tersebut tidak bisa membuat seseorang mencapai kemenangan dan pemenuhan diri. Frankl pernah dipenjara dalam kamp konsentrasi Nazi. Aspek psikologisnya selamat karena ia memilih untuk mencari makna dari penderitaannya dan mengambil tanggung jawab untuk mengatur sedikit bagian hidupnya yang tersisa. Ia tidak menerima dan menuruti begitu saja segala horror yang terjadi di sekitarnya.

Walaupun orang tua dan istrinya yang sedang hamil terbunuh dalam kamp, ia tetap mejadi salah satu psikolog eksistensial yang berpengaruh, yang berusaha menjangkau orang yang terbebani oleh keputusasaan dan kekosongan. Ia menyebut pendektan yang ia ciptakan sebagai logoterapi-pencarian makna eksistensi manusia. Sesuai dengan teorinya mengenai penguasaan diri, Frankl meninggal di Wina pada tahun 1997 saat ia berusia 92 tahun.

Perjuangna eksistensial dapat mendatangkan kemenangan jiwa manusia. Pahlawan dalam dunia modern kita saat ini adalah orang yang dapat menahan tekanan masyarakat otoritier yang kacau. Hal ini menunjukkan bahwa, dalam banyak hal, perspektif eksistensial dan humanistic terletak pada sisi mata uang yang berbeda.

Bagian di mana pendekatan eksistensial-humanistik memiliki pengaurh yang besar adalah di antara orang yang menderita penyakit berat. Saat ini sekelompok kecil orang pengidap penyakit keras yang kurang lebih serupa umumnya berkumpul setiap minggu untuk berdiskusi. Kelompok-kelompok seperti ini awalnya bermucnulan di antara penderita kanker, akan tetapi saat ini kelompok seperti itu berkembang di antara sebagian besar pengidap masalah medis serius lainnya.

Apakah Kehendak Bebas Itu Ada?

Beberapa tahun lalu, kita memperhatikan adanya perdebatan antara B.F. Skinner dan Rollo May. Perdebatan tersebut berpusat pada permasalahan apakah manusia memiliki kehendak bebas (free will) atau apakah tindakan mereka telah ditentukan sebelumnya, tetapi diskusi mereka juga berkisar pada pertanyaan fundamental tentang kehidupan lainnya juga. Setelah 90 menit, semakin jelas bagi para pendengar bahwa baik May maupun Skinner sama-sama benar. Masing-masing memiliki pemikiran dan pemahaman yang mendalam mengenai apakah arti dari seorang manusia. Tetapi, karena perbedaan perspektif dan minat, mereka tidak pernah sepakat dalam berbagai hal secara pasti. Sulit untuk membuktikan bahwa salah satu dari mereka salah dengan berdasarkan pada argument atau penelitian psikologis sederhana. Oleh karena itu, buku ini berulang kali mengemukakan bahw auntuk dapat memahami kepribadian secara menyeluruh dibutuhkan kesediaan untuk mempelajari dan memahami delapan pendekatan kepribadian dasar yang berbeda. Permasalahan mengenai kehendak bebas tetap merupakan satu pertentangan yang kerap dibicarakan dalam psikologi.

Abraham Maslow

Abraham Maslow, yang terkenal dengan teori aktualisasi diri, dilahirkan di New York pda tahun 1908. Ia meninggal di California pada tahun 1970. Maslow, seorang anak yang pandai, menjalani hubungan yang buruk dengan ibunya yang otoriter yang sering kali melakukan tindakan aneh. Ia menggambarkan dirinya pada masa kecil sebagai seseorang yang pemalu, kutu buku, dan neurotic. Tetapi, Maslow tidak selamanya menjadi neurotic dan benci pada dirinya sendiri. Ia sepenuhnya menyadari potensinya, dan menjadi psikolog humanism terkenal yang menginspirasi banyak perubahan masyarakat ke arah yang positif.

Yang menarik, Maslow awalnya mempelajari teori behaviorisme. Ia menyelesaikan tugas tesisnya bersama Harry Harlow,ahli primatayang berorientasi pada behaviorisme. Tetapi, sebagai dosen di Brooklyn College pada tahun 1930 dan 1940, Maslow bertemu dengan banyak intelektual brilian yang kabur ke New York untuk menghindari Nazi, termasuk Erich Fromm, Alferd Adler, dan Karen Horney. Pengetahuannya yang mendalam mengenai teori behaviorisme membantu Maslow untuk menyerang teori behaviorisme dan pengabaian yang dilakukan behaviorisme terhadap kreativitas, permainan, keajaiban, dan cinta.

Pengalaman puncak umum dialami oleh orang yang telah mengaktualisasikan diri sepenuhnya. Pemahaman yang didapatkan melalui pengalamn puncak ini membantu orang untuk mempertahankan kepribadian yang dewasa. Orang seperti itu terpenuhi secara spiritual- nyaman dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain, mencintai dan kreatif, realistis dan produktif. Maslow selain mempelajari mengenai kepribadian orang neurotic, hysteria, namun ia juga mempelajari tentang orang sehat dan ideal. Oleh karena itu, melalui orientasinya yang optimis dan spiritual, seperti Rogers, Maslow menekankan potensi positif bawaan dalam diri manusia. Banyak teori kepribadian didasarkan pada penelitian pasien yang secara psikologis terganggu; Maslow mengambil arah sebalikna, yakni meneliti orang yang sehat secara mental.

Orang yang mencapai aktualisasi diri memiliki pengetahuan yang realistis mengenai dirinya dan mampu menerima dirinya apa adanya. Mereka mandiri, spontan, dan menyenangkan. Mereka cenderung memiliki rasa humor yang filosofis; anda tidak akan melihat mereka melakukan lelucon yang berbau etnis atau seksual. Mereka dapat membangun hubungna mendalam dan intim dengna orang lain, dan mereka umumnya mencintai sesame manusia. Mereka adalah orang yang tidak mudah mengikuti orang lain tetapi sangatlah etis. Dan mereka telah mengalami pengalaman puncak (peak experience).

Meskipun begitu teori Maslow banyak mendapat kritik karena pada beberapa kasus orang mampu mencapai aktualisasi diri karena lingkungan yang sulit dan perjuangan dalam menghadapi masalah yang berat. Maslow dan rekannya mengalihkan studi kepribadian dari psikopatologi ke sutdi mengenai orang yang berhasil meneysuaikan diri dan mencapai aktualisasi diri.

Mengukur Aktualisasi Diri

Satu skala yang penilaiannya cukup akurat mengenai aktualisasi diri disebut Personal Orientation Inventory atau POI (Shostrom, 1974). POI merupakan kuesioner laporan diri yang meminta orang untukmengelompokkan diri mereka ke dalam sejumlah dimensi, seperti apakah mereka dapat membangun hubungan yang dekat dengan orang lain, apakah mereka termasuk orang yang spontan dan bebas, berbagai karakteristik orang yang telah mencapai aktualisasi diri lainnya. POI juga menilai apakah orang tersebut hidup secara optimis dan realistis pada masa kini, sebagai kebalikan dari kekhawatiran berlebihan mengenai masa lalu dan masa depan.

Pada akhir hidupnya, Maslow menjadi semakin folosofis dalam pemikirannya dan emakin realistis dalam pemahamannya; ia mengenali kelemahan bawaan dalam setiap orang dan konflik turun-temurun dalam masyarakat. Sebagai contoh, Maslow mencatat dalam buku hariannya mengenai temannya yang telah mengaktualisasi diri, “semua pada puncaknya tetapi semua terbatas…puncaknya jauh dari sempurna. Menyesalkan bahwa banyak kaum intelektual terlalu berpusat pada diri mereka sendiri dan tidak bisa bekerja sama-ia menyebut mereka primadona-Maslow merencanakan sebuah skema yang membuat masing-masing “raja bukit” mengatur kerajaannya sendiri. Dengan kata lain, Maslow berusaha percaya pada potensi manusia, tetapi, seperti halnya Jung dan yang lainnya, ia harus mengakui bahwa sisi gelap dan lemah manusia tidka pernah bisa dihapus.


Posting Komentar untuk "Teori Humanistik dalam Psikologi Menurut Para Ahli + Contoh"